Minggu, 18 Mei 2014

BUNGA TERAKHIR



BUNGA TERAKHIR

“Mamahh... Aku berangkat dulu ya!!” Teriak Nobi dari ruang tamu.

“Iya Dhin hati-hati ya!!” Balas mama Nobi dari belakang dapur yang sedang sibuk memasak.

            Iya, dialah wanita remaja yang hidup dalam keluarga yang bisa dibilang biasa-biasa saja tidak kaya ataupun miskin. Namanya Novinta Dhini wanita kelahiran Bali 26 November 1995 ini memang wanita yang bisa dibilang manis, pintar, dan terkenal ramah dikalangan sekolahnya bahkan ada beberapa laki-laki yang menyukainya dan mencoba meminta Nobi (Begitulah ia dipanggil oleh teman-temannya) untuk menjadi pacarnya namun Nobi tidak mau karena Nobi sudah mempunyai pasangan sejak kelas 1 SMK. Sekarang ia duduk dibangku kelas 3 SMK Negeri di daerah Jakarta, Nobi pindah ke Jakarta dengan orang tuanya pada umur 7 tahun hingga sekarang. Ia dikenal sebagai “Juara tetap peringkat 5 besar” dalam kelasnya, tak pernah sekalipun peringkatnya turun dari 5 besar.

            Nama pacar Nobi yang dari kelas 1 SMK ini adalah Raga. Raga ini juga bisa dibilang salah satu bintang sekolah karena selain wajahnya yang tampan, pintar berolah raga, ia pun juga termasuk dalam 5 besar dikelasnya. Namun dibalik kesempurnaan yang ia miliki tersebut ada 1 sifat yang menurut teman-temannya sangat jelek dari seorang Raga, yakni playboy. Namun seperti yang kalian ketahui Nobi tidak percaya dengan kata-kata teman-temannya itu karena sudah terbukti Raga bertahan selama 2 tahun.

“Ehh Nob mau kemana lo? Pelajaran baru setengah dimulai eh Nob...” Temannya bertanya pada Nobi namun Nobi tidak menghiraukannya ia langsung pergi keluar kelas sambil menutupi mulutnya.

“Nob lo kenapa deh tadi tau-tau keluar gitu nggak izin lagi sama bu Wanti.” Tanya lagi saat Nobi sudah kembali kekelas.

“Ah pengen tahu banget lu hehehe.” Ledek Nobi.

“Serius Nob malah ngeledek ih.”

“Ntar juga lo tau sendiri wleee haha udah ah perhatiin aja tuh dipapan tulis.” Nobi mengalihkan pembicaraan temannya itu.

            Nobi memang sering sekali bertingkah aneh, seperti contohnya ya tadi ia sering keluar kelas tanpa izin dengan gurunya dan anehnya ia selalu keluar kelas sambil menutupi mulutnya. Setiap kali ia ditanya oleh teman-temannta ia selalu tidak menjawab atau menjawab dengan bercanda atau tidak serius.

            Tidak seperti gadis-gadis SMK lainnya yang selalu berangkat atau pulang sekolah membawa kendaraan sendiri atau naik bus sendiri, Nobi selalu diantar jemput oleh supir dari kantor ayahnya.

            Cerita dimulai saat Nobi masih duduk dibangku kelas 1 SMK saat ia baru beberapa minggu masuk SMK dan ia baru saja berkenalan dengan Raga saat itu di kantin sekolah.

“Hai, boleh gabung?” Tanya Raga.

“Eh emmm boleh-boleh gabung aja.” Jawab Nobi yang sedang duduk sendirian di kantin.

“Emm aku Raga.” Sambil menjulurkan tangan.

“Aku Novinta Dhini cuman temen-temen kelasan biasa manggil aku dengan sebutan Nobi.” Sambil berjabat tangan dengan Raga.

“Kamu jurusan apa? Kok aku jarang lihat kamu ya?”

“Aku di jurusan akuntansi, iya memang aku jarang keluar kelas ini aja karena lupa nggak bawa bekal dan akhirnya jajan di kantin hehe. Kalau kamu jurusan apa?”

“Aku di pemasaran hehe.”

            Beberapa jam Nobi dan Raga mengobrol di kantin sekolah dan tampaknya mereka sangat cepat akrab.

            Setelah beberapa hari Raga dan Nobi saling dekat akhirnya Raga memberanikan diri untuk meminta nomor hp Nobi sekaligus mengajak jalan Nobi ke suatu Mall yang ada di Jakarta.

“Emm Nob aku boleh minta nomor kamu?”

“Ohh boleh Ga boleh bentar ya.... nih.” Sambil memberikan kertas berisikan nomornya.

“Nobi.”

“Iya?”

“Malam minggu kosong?”

“Hah?”

“Eh salah ya?”

“Hahaha engga kok, hmm kosong, kenapa?”

“Kita jalan yuk.” Ajak Raga dengan malu-malu.

“Jalan? Kemana?”

“Kemana aja deh nonton juga ayo, yang penting mau ngga?”

“Hmmmm boleh deh.”

“Asiiik sampai ketemu malam minggu ya nanti aku kabarin via sms lagi.”

“Hehe iyaa sampai ketemu juga.”

            Dan akhirnya mereka pun demakin dekat, pada akhirnya setelah 1,5 bulan dekat Raga memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada Nobi, dan Nobi pun langsung menerima karena sudah sangat dekat.

“Nob lo jadian sama Raga?” Tanya Delima teman sekelas Nobi dan juga teman sekelas Raga sewaktu SMP.

“Iya Del baru 2 hari kemarin hehe.”

“Ckckckck.” Sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“Kenapa Del kayaknya heran gitu?”

“Ngga apa-apa kok Nob gue berdoa yang terbaik aja deh buat lo sama Raga.”

“Ohehe iya Del makasih yaaa.”

            Suatu hari Delima dan keluarganya sedang makan disebuah restoran yang ada di salah satu Mall di bilangan Jakarta, saat Delima sedang asyik makan bersama keluarganya ia melihat lelaki yang sosoknya mirip Raga dan setelah ia perjelas itu memang Raga namun ada yang aneh, saat itu Raga tidak bersama Nobi melainkan bersama wanita lain dan mereka terlihat sangat mesra. Delima melihat mereka berdua masuk ke sebuah bioskop yang ada di Mall tersebut. Saat itu ia berniat ingin memberitahu Nobi namun karena ia baru melihat sekali akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk memberitahu Nobi dalam arti ia ingin menelusurinya dahulu.

            4 hari setelah kejadian tersebut Delima lagi-lagi pergi ke Mall tersebut untuk membelikan baju untuk ibundanya yang sedang ulang tahun. Tanpa ia duga lagi-lagi ia melihat Raga bersama dengan perempuan yang ia lihat 4 hari yang lalu, mereka terlihat lebih mesra, Delima melihat mereka berdua sedang makan di restoran tempat Delima makan waktu itu. Mereka terlihat bergandengan tangan, berpelukan, bahkan Raga sempat mencium kening wanita itu. Akhirnya Delima sadar bahwa itu benar-benar Raga pada keesokan harinya saat di sekolah ia berniat memberitahu Nobi tentang kejadian hari itu.

“Nob!!! Nobi!!!!!” Panggil Delima sambil berlari menuju kearah Nobi.

“Eh Delima kenapa lo kelihatannya buru-buru banget nyamperin gue, kangen ya hehe.”

“Nob nggak ada waktu buat bercanda....” Sambil terengah-engah.

“Yaudah-yaudah tarik napas dulu baru cerita.”

“Gini Nob.. Huh.... Jadi pertama hari minggu kemarin kan gue pergi makan sama keluarga gue di BS nah pas gue lagi enak-enak makan gue lihat si Raga jalan sama cewe lain dan kayaknya itu cewe bukan dari sekolah sini gue lihat mereka berdua nonton di bioskop, nah yang kedua kemarin nih hari kamis gue lagi belanja baju buat hadiah nyokap gue eh gue ngeliat Raga sama cewe yang hari minggu nonton sama dia, tapi kalau yang kemarin gue lihat mereka makan doang di restoran udah gitu nih ya mereka berdua pegangan tangan mesra gitu deh.”

“Udeh?”

“U-udah Nob.”

“Delima temen gue gini ya kemarin itu Raga main futsal sama teman-temannya, terus hari minggu itu Raga pergi sama keluarganya ke puncak jadi gue rasa semua yang lo lihat itu cuman ilusi kali.”

“Yaampun Nobi, nih ya gue itu teman SMP nya Raga gue tau fisik nya dia kayak gimana nggak mungkin lah kemarin itu cuman ilusi.”

“Duh Del liat jam deh ini kan udah siang nah keburu bel masuk mending masuk yok ah.”

“T-tapi Nob...”

“Udah ah dadah gue duluan!!!” Teriak Nobi sambil berlari menuju gerbang sekolahannya.

“Nobi!!!! Ah ilaah nih anak batu bener.” Susul Delima.

            Waktu sudah berjalan selama 1 tahun dan Nobi masih bersama Raga, sekarang mereka berdua duduk dibangku kelas 2 SMK. Di kelas 2 ini entah kenapa kelakuan Raga semakin menjadi-jadi. Ia masih sering menyelingkuhi Nobi bahkan di kelas 2 ini ia sudah 3 kali menyelingkuhi Nobi dengan wanita yang berbeda, dan 2 diantaranya sudah dipergoki oleh Nobi sendiri namun memang karena perasaan Nobi memilih memaafkan Raga dan melanjutkan hubungannya meski hatinya sakit.

            Saat itu Frieska (Teman sekelas Nobi) dan kakaknya Melody (Sudah duduk dibangku kuliah) sedang jalan-jalan disebuah Mall dikawasan Senayan. Frieska sudah mengetahui hubungan Nobi dan Raga sejak kelas 1. Saat Frieska dan Melody sedang berada di mall untuk berbelanja, Frieska seperti melihat Raga sedang menemani seorang wanita berbelanja juga.

“Fries gimana baju yang ini kalau buat aku bagus nggak?” Tanya Melody pada Frieska.

“.......” Frieska hanya bengong meyakinkan bahwa itu bukan Raga pacar dari temannya sendiri, Nobi.

“Fries? Frieskaaa!!!” Teriak Melody.

“Eeh iya iya apasih kak ih berisik banget.”

“Ya habis kamu ditanya nggak jawab huh.”

“Ih itutuh lihat orang pacaran disana.”

“Ya terus kenapa? Kamu iri ya? Haha dasar Jomblo.”

“Yeee kayak kakak nggak aja, eh bukan ituuuu ih. Itutuh cowonya temen aku kak iya dia tuh udah punya pacar nah pacarnya tuh temen aku tapi kok malah dia jalan sama cewe lain ya?”

“Hah?! Serius kamu? Emang ya cowo jaman sekarang itu lebih banyak nyakitin dibanding nyayangin!”

“Ah elah malah curhat eta teh.”

“Yeee naon deui.”

            Setelah Frieska berdebat dengan kakaknya ia langsung berinisiatif memberitahu Nobi lewat sms kalau ia melihat Raga sedang menemani wanita lain berbelanja.

“Nob.”

“Iya Fries?”

“Gue lihat Raga nih di mall dia lagi sama cewe nemenin belanja.”

“Hah?! Serius?!”

“Serius Nob coba deh lo telfon dia sekarang.”

“Iya iya makasih Fries.”

            Akhirnya Nobi langsung menelfon Raga.

“Truuuutt.... Truuuuuttt....”
“Eh sayang sebentar ya ada telfon dari papah aku.” Bohong Raga pada wanita yang sedang ia ajak belanja.

“Iya sayang.” Jawab perempuan itu.

“Halo Nob kenapa?” Raga menangkat telfonnya dan berbicara agak pelan.

“Ga, kamu dimana? Lagi apa?”

“Aku mmm a-aku lagi nemenin saudara aku belanja.”

“Belanja? Kok suaranya dipelanin gitu kenapa sih?”

“Iya disini nggak boleh ngomong keras-keras soalnya mmm soalnya ah iya ada yang fashion show.”

“Hmmm bener?”

“Bener masa iya aku bohong.”

“Hmmm yaudah udah dulu ya.”

“Iya Nob.”

           Dengan mudahnya Nobi percaya pada Raga dan Nobi langsung mematikan telfonnya, lalu ia langsung sms Frieska.

“Fries itu saudaranya kok.”

“Ettdah bukan masa iya saudara mesra gitu.”

“Wajar lah sama keluarga masa ngga boleh akrab.”

“Mesra Nob mesra bukan akrab, definisinya beda. -_-“

            Karena Nobi tidak percaya dengan kata-kata Frieska maka ia memutuskan untuk tidak membalas sms Frieska lagi.

            Waktu setahun pun lagi-lagi berlalu sekarang Nobi dan Raga sudah memasuki tahun ke dua masa pacarannya itu dan masih saja Raga tidak ada kapoknya menyelingkuhi Nobi walaupun sudah pernah ketahuan oleh temannya Nobi bahkan Nobi sendiri. Namun kali ini Nobi lebih mengetatkan perhatian pada Raga, jadi setiap Raga pergi dengan alasan yang tidak masuk akal Nobi, Delima, dan Frieska membututi Raga secara diam-diam.

            Akhirnya suatu hari Raga beralasan ia ingin pergi ke Gym padahal yang Nobi tahu Raga itu tidak suka olahraga maka dari itu Nobi curiga saat Raga berkata seperti itu, Nobi langsung mengirim sms pada kedua temannya dan akhirnya Nobi bersama Delima dan Frieska sepakat untuk membuntuti Raga secara diam-diam.

“Nob yakin lo mau buntutin Raga kayak gini?” Tanya Delima.

“Iya yakin lo? Dulu aja kalau kita aduin lo nggak percaya.” Sahut Frieska.

“Iya yakin gue yakin, abisnya tuh aneh banget masa nih ya dia katanya mau nge-Gym padahal setau gue Raga tuh jarang olahraga.. mmm...” Tiba-tiba pembicaraan Nobi terpotong karena kelihatannya Nobi ingin muntah.

“Nob lo ngga apa-apa? Pucet banget gila muka lo, biar kita aja ya yang buntutin Raga, lo dirumah aja.” Saran Frieska.

“Ngga kok ngga apa-apa cuman sedikit pusing aja gue, udah yuk ah jalan.”

“Hmmm yaudah deh tapi nanti kalau lu sakit atau gimana bilang kita ya jangan diem aja.” Tegur Delima.

“Iya iya.”

            Akhirnya mereka bertiga memutuskan memulai pengintaiannya dari rumah Raga. Pukul 10.00 Raga keluar rumah dan sepertinya ia menunggu seseorang. Tak lama kemudian ada seorang perempuan datang menghampiri Raga sepertinya mereka berdua sangat dekat sampai-sampai mereka bercipika-cipiki.

“Eh itu siapa Nob? Lo kenal ngga?” Tanya Delima.

“Ngga Del.”

“Saudaranya Nob?” Tanya Frieska.”

“Bukan Fries, saudara perempuan dia lagi ada diluar kota.”

“Nahluh yaudah buntutin terus.”

            Akhirnya Raga dan wanita itu berangkat menggunakan taksi, Nobi dan kedua temannya mengikuti Raga dengan menggunakan taksi juga. Akhirnya mereka sampai di sebuah Mall yang ada di kawasan Bekasi.

“Beeh makan tuh Gym mana ada Gym di Bekasi ngaco aja.” Celetuk Frieska.

“Ssstt udah ayo ikutin aja.” Bisik Delima.

            Sesampainya di dalam mall Raga dan wanita itu awalnya makan disebuah restoran, lalu mereka berdua masuk ke photobox, dan akhirnya mereka berdua nonton bersama dibioskop. Nobi, Delima, dan Frieska menunggu Raga selesai nonton. Setelah 2 jam akhirnya Raga dan wanita itu keluar dari bioskop dan mereka berdua kelihatan sedang mengobrol tak lama kemudian wanita itu mencium Raga. Seketika itu juga dada Nobi terasa sesak, sontak Nobi langsung memegangi dadanya.

“Nobi! Nob lo kenapa?!” Tanya Frieska panik.

            Nobi hanya diam memegangi dadanya yang sakit, lalu tiba-tiba ia menangis.

“Nob kita pulang aja ya.” Ajak Delima.

            Nobi hanya menangguk pelan sambil menahan rasa sakit dan menahan keluarnya air mata. Sesampainya di rumah Nobi, ia langsung menangis dipelukan Frieska dan Delima.

“Fries.. Del.. Maafin gue... Pliss maafin gueee.....” Nobi memohon dipelukan Delima dan Frieska.

“Nobi lo ngga salah, lo itu sama sekali ngga salah. Lagipula kalau lo salah lo ngga perlu minta maaf kita udah maafin lo kok.” Delima mencoba menenangkan Nobi.

“Iya Nob udah ngga usah dipikirin lagi lah cowo kayak gitu, sekarang kita serahin ke lo aja gimana mau dilanjutin apa ngga? Saran gue sih mending udahin Nob.” Saran Frieska.

“Iya Fries, Del. Keputusan gue udah bulet mau mutusin dia, kalau kayak gini terus ngga tahan gue.” Sambil mengusap air mata yang ada di pipinya.

“Iya udah ya jangan nangis lagi lo ngga boleh larut dalam kesedihan, sebentar lagi kan ujian sekolah mending lo belajar deh biar nilai lo bagus.” Lanjut Delima mencoba menangkan Nobi lagi.

“Iya Del, makasih banget ya Del, Fries kalian udah mau jadi sahabat gue, kalian lebih dari temen makasih banget udah ngesupport gue.”

“Loh Nob ini apa?” Tanya Frieska sambil meemgang obat-obatan Nobi yang ada di kamarnya.

“Oh itu, lo tau kan gue sering keluar kelas tanpa izin?” Sambil mengusap air matanya.

“Iya tau, terus?”

“Iya itu gue punya penyakit kanker darah.”

“Hah?! Kanker darah?!” teriak Delima dan Frieska kaget.\

“Iya hehe.”

“Yaampun Nobi sumpah gue ngga nyangka kalau lo serapuh ini yaampun kok masih ada ya cowo yang tega giniin lo.”

“Yah udah takdir mau gimana lagi Del hehe yaa beginilah hidup gue musti bersahabat sama obat-obatan.”

“Hmm Nobiiiiiiiii...” Peluk Delima terharu.

“Udah ah yuk Del kita pulang biarin Nobi istirahat. Nob kita pamit pulang ya udah ngga usah dipikirin lagi oke.” Ajak Frieska kepada Delima sambil berpamitan pulang pada Nobi.

“Iyaa Fries hati-hati dijalan yaa kalian.”

            Keesokan harinya H-3 UAS Nobi memutuskan hubungannya dengan Raga.

“Ga kita bisa ngomong sebentar ngga?”

“Kenapa Nob tumbenan mau ngomong seserius ini.”

“Ga aku cape, aku udah ngga tahan aku mau kita putus.”

“Lho? Kamu kenapa Nob?”

“Ngga usah sok polos Ga aku udah tau semua selingkuhan kamu. Hm. Terimakasih Raga atas 2 tahun yang kamu berikan, selama 2 tahun ini kamu mengajariku sebuah pelajaran kesabaran dan kehati-hatian. Aku bertahan karena perasaan sayang, namun aku hanya manusia biasa ada saatnya aku lelah dengan semua kelakuan kamu Ga, dan sekarang lah saatnya aku lelah dengan semua kelakuan kamu. Kita cukup sampai disini. Ini aku ada bunga terakhir untuk kamu. Aku pergi.” Jelas Nobi sambil memberikan bunga mawar merah pada Raga.

            Raga hanya diam, namun ia diam masa bodoh bukan diam berpikir. Saat itu juga Nobi langsung pergi dengan meneteskan air mata. Raga menggerutu dalam hati.

“Alah sok sok puitis pake bawa-bawa bunga segala lagi bunga terakhir lah apalah segala macem paling juga nanti balik ke gua lagi lu.”

            2 Minggu sudah sejak Raga putus dari Nobi dan mereka juga sudah melewati UAS dan UN. 4 hari lagi sekolah mengadakan perpisahan kelas 12.

            Tibalah hari perpisahan itu, pada saat itu terlihat Nobi sedang mengobrol dengan Delima dan Frieska disitu memang ia terlihat sudah sangat pucat namun saat Frieska mengajaknya pulang Nobi menolak karena Nobi ingin merasakan kebersamaan kelas 12. Secara tiba-tiba hidung Nobi mengeluarkan darah dan sontak Nobi langsung tersungkur jatuh. Semua teman-temannya berkumpul mengerubungi Nobi termasuk Raga.

“Nobi kenapa Del, Fries?!” Tanya Raga panik.

“Ngga tau ah udah ayo bantuin cepet angkat bawa kerumah sakit pake mobil lo.”

            Akhirnya Raga, Delima dan Frieksa menggotong Nobi menuju mobil Raga, dan langsung meluncur ke rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit Nobi langsung masuk ke UGD, sementara itu Frieska menelfon orangtua dari Nobi. Sampailah orangtua Nobi di rumah sakit tersebut.

“Tante, Nobi kambuh tante yaampun....” Delima mencoba memberitahu ibunda Nobi.

“Terus sekarang Dhini dimana Del?” Tanya ibunda Nobi dengan panik.

“Itu tante di ruang UGD.”

            Ibu dan Ayah Nobi langsung menuju keruang UGD. Sementara itu Raga mendengar percakapan antara Delima dan Ibunda Nobi tadi.

“Del tadi lo bilang Nobi kambuh? Maksudnya?” Tanya Raga.

“Puas kan lo sekarang?! Puas nggak?! Hah?!” Bentak Delima pada Raga.

“Del Del udah ah ini rumah sakit ngga usah teriak teriak gitu.” Frieska mencoba menenangkan Delima.

“Sini Ga gue bilangin.” Ajak Frieksa.

“Ada apa deh Fries?” Tanya Raga.

“Jadi gini hmmmm......”

“Fries kenapa?!”

“Emmm N-Nobi punya penyakit kanker darah Ga.”

“Hah?! Kanker darah?!”

“Iya gue ngga tau dia punya penyakit itu dari kapan tapi intinya yang gue tau dia punya kanker darah.”

“Lu ngga bohong kan Fries?”

“Bohong? Nobi udah masuk UGD gini lo bilang gue bohong? Gila kali lo ye.”

            Tiba-tiba Ibunda Nobi keluar dari Ruang UGD dengan keadaan menangis.

“Tante gimana Nobi? Sembuh kan? Ngga apa-apa kan?” Tanya Delima.

            Ibunda Nobi tidak menjawab ia hanya bisa menangis dipelukan Ayah Nobi.

“Om Nobi sembuh kan?! Sembuh?!” Tanya Delima pada Ayahanda Nobi.

“Tuhan berkehendak lain Del, sekarang lah saatnya Nobi dibawa kesurga.”

            Delima, Frieska, dan Raga terdiam. Delima dan Frieska sontak menangis karena ia baru saja kehilangan sahabat baiknya sahabat yang memberikan mereka pelajaran berharga. Raga hanya diam dan tiba-tiba ia meneteskan air mata.

“Sini lo!! Sini lo cowo kampung!!! Puas kan lo udah nyakitin sahabat gue?! Puas lo?! Jawab banci jawab!!!!!!” Bentak Delima pada Raga. Delima ingin meluapkan semua kekesalannya pada Raga.

“Udah Del udah, Nobi udah maafin Raga kok pasti, lo juga udah dong jangan kayak gini terus.” Frieska mencoba menenangkan Delima lagi.

“Fries Nobi mungkin udah maafin dia, tapi gue?! Nggak akan!!!!!”

            Raga menyesal, ia sangat amat menyesal. Ia berkata dalam hati.

“Sebegini jahat kah gua? Sebegini teganya kah gua? Gua udah nyakitin satu malaikat yang cuman ingin bahagia. Bunga itu. Memang benar-benar bunga terakhir dari Nobi. Nob aku menyesal, aku ngga tau harus berbuat apa. Seandainya aku bisa berbicara padamu untuk yang terakhir kalinya aku akan berbicara betapa aku mencintaimu, betapa aku menginginkanmu. Aku khilaf Nob aku khilaf. Jika aku bisa menangis dipelukanmu aku akan menangis.”

TAMAT.

Quotes: “Kamu mungkin menyakiti dia hanya sekali, namun kamu akan merasakan menyesal lebih dari sekali.”

Created By: fitriyanto dan bayu