PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
1. Definisi
Pengambilan Keputusan
Keputusan :
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan
dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harus
dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa
keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa
pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan
unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat
diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat.
Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan.
Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan
sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan
keputusan yang mendasarkan diri pada relasi sesama.
2. Dasar Pengambilan
Keputusan
a.Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi yaitu : Pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat subyektif. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat, untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak dan bersifat perasaan.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini memberikan keuntungan, yaitu :
a. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
b. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan
b. Pengambilan Keputusan Rasional : yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional berfikir dan lebih bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dan dapat diukur.
c. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman : yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis di kemudian hari.
d. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta : yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan data empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan keputusan yang valid sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi. Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
e. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang : yaitu pengambilan keputusan yang berdasarkan atas wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi pemimpin. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
a.Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi yaitu : Pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat subyektif. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat, untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak dan bersifat perasaan.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini memberikan keuntungan, yaitu :
a. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
b. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan
b. Pengambilan Keputusan Rasional : yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional berfikir dan lebih bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dan dapat diukur.
c. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman : yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis di kemudian hari.
d. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta : yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan data empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan keputusan yang valid sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi. Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
e. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang : yaitu pengambilan keputusan yang berdasarkan atas wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi pemimpin. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
3.
Jenis-Jenis Keputusan
Jenis keputusan dalam sebuah
organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk
mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat melibatkan
dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut
difokuskan.
Secara garis besar jenis keputusan
terbagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Keputusan
Rutin
Keputusan Rutin adalah Keputusan
yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya telah dikembangkan untuk
mengendalikannya.
b. Keputusan
tidak Rutin
Keputusan tidak Rutin adalah
Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Implikasi Manajerial dalam
Pengambilan Keputusan :
Proses Pengambilan Keputusan dalam
partisipatif dalam organisasi sekolah Manajerial yang baik. Rendahnya kemapuan
kepala sekolah akan berpengaruh terhadap perolehan dukungan dari masyarakat
khususnya dukungan dalam mengambilan keputusan yang dikeluarkan sekolah terkait
dengan kebijakan dan rencana program pengembangan sekolah.
7. KONDISI
YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
Selain ketersediaan informasi yang sangat erat dengan hasil
keputusan, juga hal – hal lain yang mempengaruhi kondisi tersebut dan perlu
diperhatikan, Yaitu :
1. Kondisi kepastian: Kondisi
kepastian merupakan kondisi dimana pengambil keputusan mempunyai informasi yang
lengkap mengenai masalah yang dihadapi, alternatip pemecahan masalah dan hasil
yang mungkin diperoleh, sehingga pengambil keputusan dalam kondisi yang pasti,
jika dirinya dapat mengontrol dan mengantisipasi sepenuhnya terhadap kejadian
yang akan timbul.
2. Risiko : Risiko merupakan kondisi yang
dapat diindentifikasi, didefinisikan, diprediksi kemungkinan terjadinya dan
kemungkinan hasil dari setiap alternatif yang diambil, biasanya kondisi yang
demikian itu timbul jika pengambil keputusan dalam keadaan keterbatasan
informasi yang berkaitan dengan keputusan yang akan ditetapkanya, sebaliknya ,
suatu risiko tidak akan terjadi jika pengambil keputusan dapat merumuskan suatu
kemungkinan secara obyektif.
3. Kondisi ketidak pastian:
Merupakan kondisi dimana pengambil keputusan tidak memiliki informasi yang
diperlukan dalam pengambil keputusan. Dalam hal yang demikian , pengambil
keputusan juga tak mampu untuk menetapkan berbagai kemungkinan yang akan
terjadi sebagai hasil dari pemilihan alternatif yang diambilnya. Karena
keputusan yang diambil bersifat spekulatif, dan sering kali mengandalkan
intuisi yang semata sebagai pedomanya.
8. PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kata proses pada dasarnya berkaitan dengan urutan langkah
yang mengarah pada hasil tertentu, sehingga didalam proses pengambilan
keputusan tidak akan terlepas dari :
1. intelligence ( penyelidikan ) :yaitu
pencarian kondisi yang memerlukan keputusan
2. design ( rancangan ) :Yaitu
dengan pengembangan dan analisis terhadap berbagai kemungkinan tindakan, dan,
3. choice ( pemilihan ) :yang
berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.
9. GAYA
PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Perilaku seseorang akan mendekati dalam melaksanakan
pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan dan gaya hidup adalah dua diantara
contoh gaya yang mempengaruhi didalam mengambil keputusan. Seperti halnya gaya
( perilaku ) kepemimpinan yang ditampilkan oleh seseorang didalam melakukan
pengambilan keputusanpun bermacam – macam. Menurut Carl Jung ( 1923 ) seorang
psikolog telah mengindentifikasikan empat fungsi dalam kaitanya dengan
pengambilan keputusan, Yaitu :
1. sensing ( pengideraan ):
berkaitan dengan tendensi untuk mencari fakta, bersifat realistis, dan melihat
sesuatu dalam perspektif yang obyektif. Karenanya fungsi ini menempatkan nilai
yang tinggi pada fakta yang dapat divertivikasi oleh penggunaan
pancaindera , menyukai rutinitas dan presisi.
2. intuiting ( intuisi ) :Yaitu
berkaitan dengan tendensi untuk mencoba menyingkap kemungkinan – kemungkinan
baru guna mengubah cara menangani sesuatu. Menyukai situasi yang baru dan unik
, tidak menyukai hal – hal yang bersifat rutin, detail dan presisi.
3. thinking ( pemikiran): adalah
tendensi untuk mencari hubungan sebab akibat yang sistematik untuk dianalisis
secara utuh, dan membedakan dengan tegas antara yang benar dan yang salah, dan
pemikiranya bertumpu pada proses kognitif.
4. feeling ( perasaan ): yaitu
tendensi untuk mempertimbangkan bagaimana perasaan diri sendiri dan orang lain
sebagai akibat dari keputusan – keputusan yang dibuat, dalam hal ini ada
perbedaan – perbedaan antara yang baik dan buruk, bernilai dan tak bernilai.dan
ia menggantungkan diri pada proses afektif
10. PENGAMBILAN
KEPUTUSAN SECARA KELOMPOK
Proses pengambilan keputusan kelompok adalah salah satu
corak proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Ciri dari prosesnya
ditandai dengan keterlibatan dan partisipasi orang banyak. Sering kali
keputusan semacam ini dianggap ideal dan dipergunakan secara luas dalam
organisasi . Namun, apakah hal ini berarti bahwa keputusan kelompok selalu
lebih disukai dari pada keputusan oleh individu sendiri ? pertanyaan ini
tergantung dari berbagai faktor, yaitu keunggulan dan kekurangan dari keputusan
kelompok tersebut, yakni :
Keunggulan keputusan kelompok
Keputusan individual dan kelompok ini masing – masing
memiliki kekuatan sendiri – sendiri, karenanya masing – masing juga tidak
selalu ideal untuk semua situasi. Namun beberapa keunggulan keputusan
kelompok dibandingkan dengan keputusan individual adalah sebagai berikut :
1. Informasi dan pengetahuan lebih lengkap.
Dalam menghimpun sumber daya dari sejumlah individu , berarti lebih banyak
masukan yang dipakai dalam proses pembuatan keputusan.
2. Keragaman pandangan lebih banyak.
Selain masukan yang banyak, kelompok dapat membawa serta heterogenitas mereka
kedalam proses keputusan. Hal ini membuka peluang bagi lebih banyak pendekatan
dan alternatip yang akan menjadi pertimbangan.
3. Penerimaan keputusan lebih besar.
Banyak solusi yang ternyata gagal setelah keputusan diambil, karena orang –
orang tidak dapat menerima hasil keputusan tersebut. Akan tetapi , bila orang
yang akan dikenai oleh keputusan itu dan orang tersebut dapat ambil bagian
dalam proses pembuatanya, maka mereka lebih cenderung untuk menerimanya, dan
bahkan akan mendorong orang lain untuk menerimanya.
4. Legitimasi keputusan lebih kuat.
Masyarakat kita menghargai metode – metode yang demokratis. Proses pengambilan
keputusan kelompok yang konsisten dengan sikap demokratis dipandang lebih
memiliki keabsahan dari pada keputusan yang dibuat oleh seorang individu.
Kekurangan keputusan kelompok
Disamping keunggulan – keunggulanya. Sudah barang tentu
keputusan kelompok juga mengandung kelemahan. Beberapa kekurangan keputusan
kelompok antara lain :
1. Memakan waktu.Untuk membentuk suatu kelompok sudah
jelas membutuhkan waktu tersendiri. Proses interaksi yang terjadi begitu
kelompok terbentuk juga sering sekali tidak efisien. Akhirnya kelompok
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesepakatan terhadap sebuah
solusi dari pada yang dapat dilakukan seorang individu. Hal ini tentu saja membatasi
kemampuan manajemen untuk bertindak cepat pada saat diperlukan.
2. Tekanan untuk sependapat.
Keinginan anggota kelompok untuk diterima dan dipertimbangkan sebagai aset bagi
kelompok akan mengakibatkan adanya penekanan pada pihak yang berbeda pendapat,
dan mendorong persesuaian diantara sejumlah pandangan. Keadaan seperti ini juga
mmendorong terjadinya pemikiran kelompok ( groupthink ) akan dimana tekanan
kelompok mengarah pada menurunya efisiensi mental, minimnya uji realitas, dan
kurangnya pertimbangan moral.
3. Dominasi oleh minoritas. Boleh
jadi didominasi oleh satu atau beberapa anggota Jika koalisi dominasi ini
juga terdiri anggota yang berkemampuan rendah dan menengah, maka efektifitas
kelompok secara keseluruhan akan mengalami gangguan.
4. Tanggung jawab yang kabur.
Anggota kelompok sama berbagi ( share ) tanggung jawab, tetapi tak jelas siapa
yang bertanggung jawab, sedangkan pada keputusan kelompok tanggung jawab dari
setiap anggota diabaikan.
11. TEKNIK – TEKNIK
KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK
Bentuk yang paling lazim ( tradisional ) dalam proses
pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam interaksi tatap muka. Dalam hal
ini, teknik – teknik brainstorming ( sumbang saran ), nominal group ( kelompok
nominal ), dan delphi telah dianggap sebagai cara yang baik untuk meminimalkan
berbagai masalah yang timbul didalam interaksi kelompok tradisional itu.
1. Brainstorming
Teknik brainstorming adalah salah satu bentuk teknik
kelompok. Pada pokoknya teknik ini untuk menggali dan mendapatkan gagasan –
gagasan dari anggota kelompok. Karena, teknik brainstorming lebih berfokus pada
penggalian gagasan daripada evaluasi gagasan. Semakin banyak gagasan yang
digali, maka semakin besar peluang untuk mendapatkan solusi kreatif atas
sesuatu masalah yang dihadapi. Namun demikian teknik ini mengandung beberapa
kelemahan , Yaitu : a..Hanya dapat diterapkan pada masalah – masalah yang
sederhana b. Sangat memakan waktu dan biaya, c. Hanya menghasilkan ide –
ide yang dangkal.
2. Nominal group technique
Berbeda dengan brainstorming, nominal group technique (NGT)
berkenaan dengan penggalian dan evaluasi gagasan sekaligus. Pada mulanya
gagasan – gagasan digali secara nominal ( tanpa interaksi ) guna menghindari
hambatan dan permufakatan. Selanjutnya, pada waktu evaluasi atas gagasan,
interaksi dan diskusi dimungkinkan, namun dalam situasi yang terstruktur agar
setiap gagasan mendapatkan perhatian yang proporsional.
3. Delphi Technique
Teknik dekphi sedikit berbeda dengan NGT, dalam mana prosesnya
semata mata tergantung pada kelompok nominal( para pakar ) sebagai partisipan
yang kesemuanya tidak melakukan interaksi tatap muka. Jadi, dengan teknik ini
sangat mungkin kita dapatkan sejumlah pakar tanpa harus mengumpulkan mereka
pada disatu tempat pada waktu yang sama. Perlu ditekankan disini bahwa para
pakar tersebut tidaklah membuat keputusan akhir, tetapi lebih sebagai penyaji
informasi bagi pengambil keputusan dalam organisasi. Inti dari teknik ini pada
penggunaan serangkaian kuisioner yang dikirimkan kepada responden untuk
mendapatkan masukan. Selanjutnya dari jawaban yang mereka masukan diolah lagi
oleh pihak pengambil keputusan untuk merumuskan rangkuman – rangkuman yang
kemudian akan digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Sesungguhnya
teknik ini kelihatanya ilmiah dan secara teoritis dapat memanfaatkan pikiran
para ahli yang bermutu tinggi, akan tetapi teknik delphi juga mengandung
kelemahan, seperti : a. memakan waktu lama, dan b. Perlu ketrampilan
bahasa yang tinggi untuk menyusun kuisioner yang baik dan sesuai dengan masalah
yang diangkat.
contoh pengambilan keputusan :
Penahanan yang dilakukan Polri terhadap dua Pimpinan KPK
(komisi pemberantasan korupsi) non-aktif Bibit Samad Rianto dan Chandra M
Hamzah terkait dugaan penyalahgunaan wewenang kekuasan menimbulkan gemuruh
politik yang sangat keras. Berbagai lapisan masyarakat Indonesia baik
masyarakat umum, mahasiswa, politikus dan tokoh masyarakat secara bertubu-tubi
mengungkapkan kekecewaannya pada kepolisian, kejaksaan, bahkan pemerintah.
Permasalahan ini bila dicermati tampaknya bukan sekedar adanya kasus seorang Bibit atau Chandra. Bagi sebagian aparat hukum dan praktisi hukum mungkin saja kasus ini adalah hal biasa. Tetapi karena akumulasi berbagai ketidakpercayaan publik kepada aparat penegak hukum dan penegak keadilan di negeri ini, kasus ini menjadi luar biasa. Ketidakpercayaan yang berlarut-larut yang tidak terselesaikan inilah yang mengakibatkan kecurigaan berlebihan dari berbagai kalangan dalam menyikapi kasus ini. Apalagi dari hasil sadapan telepon oleh KPK menginterpretasikan bagaimana Anggodo sang cukong besar dengan mudahnya mengatur skenario penangkapan Bibit Chandra. Dari sinilah mulai muncul kecurigaan skenario kriminalisasi KPK. Akhirnya saat ini angin sedang berhembus di belakang KPK untuk melawan ancaman pemidanaan oleh polisi.
Bahkan presiden sebagai decision makers dengan manajemen krisisnya mencoba memberikan terobosan hukum dan politik dengan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) yang disebut tim delapan. Tindakan ini adalah pilihan terakhir presiden untuk menyikapi mistrust dan distrust yang sedang terjadi dalam masyarakat terhadap aparat penegak hukum di Indonesia. Tetapi tindakan inipun juga tidak sanggup meredam kegelisahan publik.
Permasalahan ini bila dicermati tampaknya bukan sekedar adanya kasus seorang Bibit atau Chandra. Bagi sebagian aparat hukum dan praktisi hukum mungkin saja kasus ini adalah hal biasa. Tetapi karena akumulasi berbagai ketidakpercayaan publik kepada aparat penegak hukum dan penegak keadilan di negeri ini, kasus ini menjadi luar biasa. Ketidakpercayaan yang berlarut-larut yang tidak terselesaikan inilah yang mengakibatkan kecurigaan berlebihan dari berbagai kalangan dalam menyikapi kasus ini. Apalagi dari hasil sadapan telepon oleh KPK menginterpretasikan bagaimana Anggodo sang cukong besar dengan mudahnya mengatur skenario penangkapan Bibit Chandra. Dari sinilah mulai muncul kecurigaan skenario kriminalisasi KPK. Akhirnya saat ini angin sedang berhembus di belakang KPK untuk melawan ancaman pemidanaan oleh polisi.
Bahkan presiden sebagai decision makers dengan manajemen krisisnya mencoba memberikan terobosan hukum dan politik dengan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) yang disebut tim delapan. Tindakan ini adalah pilihan terakhir presiden untuk menyikapi mistrust dan distrust yang sedang terjadi dalam masyarakat terhadap aparat penegak hukum di Indonesia. Tetapi tindakan inipun juga tidak sanggup meredam kegelisahan publik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudarwan Danim . ( 2002 ) Inovasi
Pendidikan . Bandung : Pustaka Setia
2. Umar Nimran , (1997 ) Perilaku
Organisasi . Surabaya : CV. Citra Media
3. Winardi, ( 1992 ) Manajemen
Perilaku Organisasi . Bandung : PT Citra Aditya Bakti(Drajat, S.Pi,
Widyaiswara BPPP Tegal)
KEPEMIMPINAN
A. PENGERTIAN PEMIMPIN DAN
KEPEMIMPIANAN
Pemimpin adalah orang yang mendorong dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Fungsi penting sebab bagaimanapun juga baiknya perencanaan, tertibnya organisasi dan tepetnya penempatan orang dalam organisasi, belum bearti menjamin geraknya organisasi menuju sasaran dan tujuannya. Untuk itu diperlukan kecakapan, keuletan, pengalaman dan kesabaran.
Kemampuan untuk mempengaruhi dan mengerakkan orang lain guna mencapai tujuan tertentu disebut kepemimpinan atau sering disebut juga leadership. Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan atas manajemen dan lebih dari itu adalah menentukan keberhasilan administrasi.
Ini berarti bahwa kepemimpinan akan menentukan tercapainya tujuan atau tidaknya suatu tujuan organisasi.
Dalam menggerakan orang lain kita perlu dan harus ingat pada empat faktor berikut :
1. Kepemimpinan, yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang lain bekerja sama dalam usaha mencapai tujuan.
2. Komunikasi, yaitu cara dan media menyampaikan pesan.
3. Instruksi, yaitu perintah atau petunjuk kerja yang jelas, tegas, terarah, jelas bagaimana jalan peleksanaanya dll.
4. Fasilitas, yaitu kemudahan yang menyebabkan pekerjaan menjadi mudah di laksanakan.
Pemimpin adalah orang yang mendorong dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Fungsi penting sebab bagaimanapun juga baiknya perencanaan, tertibnya organisasi dan tepetnya penempatan orang dalam organisasi, belum bearti menjamin geraknya organisasi menuju sasaran dan tujuannya. Untuk itu diperlukan kecakapan, keuletan, pengalaman dan kesabaran.
Kemampuan untuk mempengaruhi dan mengerakkan orang lain guna mencapai tujuan tertentu disebut kepemimpinan atau sering disebut juga leadership. Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan atas manajemen dan lebih dari itu adalah menentukan keberhasilan administrasi.
Ini berarti bahwa kepemimpinan akan menentukan tercapainya tujuan atau tidaknya suatu tujuan organisasi.
Dalam menggerakan orang lain kita perlu dan harus ingat pada empat faktor berikut :
1. Kepemimpinan, yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang lain bekerja sama dalam usaha mencapai tujuan.
2. Komunikasi, yaitu cara dan media menyampaikan pesan.
3. Instruksi, yaitu perintah atau petunjuk kerja yang jelas, tegas, terarah, jelas bagaimana jalan peleksanaanya dll.
4. Fasilitas, yaitu kemudahan yang menyebabkan pekerjaan menjadi mudah di laksanakan.
B. TIPE KEPEMIMPINAN
1. Secara ilmiah orang membedakan tipe kepemipinan sebagai berikut :
a. Kepemimpinan Pribadi ( Personal Leadership )
b. Kepemimpinan Non Pribadi ( Non Personal Leadership )
c. Kepemimpinan Otoriter
d. Kepemimpinan yang Demokratis
e. Kepemimpinan Paternalitis/Kebapakan
f. Kepemimpinan Laissez Faire ( Bebas apa maunya )
g. Kepemimpinan Militer
2. Untuk dapat melaksanakan tigasnya, seorang pemimpin harus memiliki dua aspek yaitu :
a. Aspek internal, yaitu pemimpan harus mengetahui keadaan organisasi, gerak dan tujuannya.
b. Aspek eksternal, yaitu pemimpin harus mengatahui perkembangan organisasi lainnya serta mengetahui perkembangan situasi masyarakat di luar oarganisasi.
1. Secara ilmiah orang membedakan tipe kepemipinan sebagai berikut :
a. Kepemimpinan Pribadi ( Personal Leadership )
b. Kepemimpinan Non Pribadi ( Non Personal Leadership )
c. Kepemimpinan Otoriter
d. Kepemimpinan yang Demokratis
e. Kepemimpinan Paternalitis/Kebapakan
f. Kepemimpinan Laissez Faire ( Bebas apa maunya )
g. Kepemimpinan Militer
2. Untuk dapat melaksanakan tigasnya, seorang pemimpin harus memiliki dua aspek yaitu :
a. Aspek internal, yaitu pemimpan harus mengetahui keadaan organisasi, gerak dan tujuannya.
b. Aspek eksternal, yaitu pemimpin harus mengatahui perkembangan organisasi lainnya serta mengetahui perkembangan situasi masyarakat di luar oarganisasi.