BUNGA
TERAKHIR
“Mamahh... Aku berangkat
dulu ya!!” Teriak Nobi dari ruang tamu.
“Iya Dhin hati-hati
ya!!” Balas mama Nobi dari belakang dapur yang sedang sibuk memasak.
Iya, dialah wanita remaja yang hidup dalam keluarga yang bisa dibilang biasa-biasa
saja tidak kaya ataupun miskin. Namanya Novinta Dhini wanita kelahiran Bali 26
November 1995 ini memang wanita yang bisa dibilang manis, pintar, dan terkenal
ramah dikalangan sekolahnya bahkan ada beberapa laki-laki yang menyukainya dan
mencoba meminta Nobi (Begitulah ia dipanggil oleh teman-temannya) untuk menjadi
pacarnya namun Nobi tidak mau karena Nobi sudah mempunyai pasangan sejak kelas
1 SMK. Sekarang ia duduk dibangku kelas 3 SMK Negeri di daerah Jakarta, Nobi
pindah ke Jakarta dengan orang tuanya pada umur 7 tahun hingga sekarang. Ia
dikenal sebagai “Juara tetap peringkat 5 besar” dalam kelasnya, tak pernah
sekalipun peringkatnya turun dari 5 besar.
Nama pacar Nobi yang dari kelas 1 SMK ini adalah Raga. Raga ini juga bisa dibilang
salah satu bintang sekolah karena selain wajahnya yang tampan, pintar berolah
raga, ia pun juga termasuk dalam 5 besar dikelasnya. Namun dibalik kesempurnaan
yang ia miliki tersebut ada 1 sifat yang menurut teman-temannya sangat jelek
dari seorang Raga, yakni playboy. Namun seperti yang kalian ketahui Nobi tidak
percaya dengan kata-kata teman-temannya itu karena sudah terbukti Raga bertahan
selama 2 tahun.
“Ehh Nob mau kemana lo?
Pelajaran baru setengah dimulai eh Nob...” Temannya bertanya pada Nobi namun
Nobi tidak menghiraukannya ia langsung pergi keluar kelas sambil menutupi
mulutnya.
“Nob lo kenapa deh tadi
tau-tau keluar gitu nggak izin lagi sama bu Wanti.” Tanya lagi saat Nobi sudah
kembali kekelas.
“Ah pengen tahu banget
lu hehehe.” Ledek Nobi.
“Serius Nob malah
ngeledek ih.”
“Ntar juga lo tau
sendiri wleee haha udah ah perhatiin aja tuh dipapan tulis.” Nobi mengalihkan
pembicaraan temannya itu.
Nobi memang sering sekali bertingkah aneh, seperti contohnya ya tadi ia sering
keluar kelas tanpa izin dengan gurunya dan anehnya ia selalu keluar kelas
sambil menutupi mulutnya. Setiap kali ia ditanya oleh teman-temannta ia selalu
tidak menjawab atau menjawab dengan bercanda atau tidak serius.
Tidak seperti gadis-gadis SMK lainnya yang selalu berangkat atau pulang sekolah
membawa kendaraan sendiri atau naik bus sendiri, Nobi selalu diantar jemput
oleh supir dari kantor ayahnya.
Cerita dimulai saat Nobi masih duduk dibangku kelas 1 SMK saat ia baru beberapa
minggu masuk SMK dan ia baru saja berkenalan dengan Raga saat itu di kantin
sekolah.
“Hai, boleh gabung?”
Tanya Raga.
“Eh emmm boleh-boleh
gabung aja.” Jawab Nobi yang sedang duduk sendirian di kantin.
“Emm aku Raga.” Sambil
menjulurkan tangan.
“Aku Novinta Dhini cuman
temen-temen kelasan biasa manggil aku dengan sebutan Nobi.” Sambil berjabat
tangan dengan Raga.
“Kamu jurusan apa? Kok
aku jarang lihat kamu ya?”
“Aku di jurusan
akuntansi, iya memang aku jarang keluar kelas ini aja karena lupa nggak bawa bekal
dan akhirnya jajan di kantin hehe. Kalau kamu jurusan apa?”
“Aku di pemasaran hehe.”
Beberapa jam Nobi dan Raga mengobrol di kantin sekolah dan tampaknya mereka
sangat cepat akrab.
Setelah beberapa hari Raga dan Nobi saling dekat akhirnya Raga memberanikan
diri untuk meminta nomor hp Nobi sekaligus mengajak jalan Nobi ke suatu Mall
yang ada di Jakarta.
“Emm Nob aku boleh minta
nomor kamu?”
“Ohh boleh Ga boleh
bentar ya.... nih.” Sambil memberikan kertas berisikan nomornya.
“Nobi.”
“Iya?”
“Malam minggu kosong?”
“Hah?”
“Eh salah ya?”
“Hahaha engga kok, hmm
kosong, kenapa?”
“Kita jalan yuk.” Ajak
Raga dengan malu-malu.
“Jalan? Kemana?”
“Kemana aja deh nonton
juga ayo, yang penting mau ngga?”
“Hmmmm boleh deh.”
“Asiiik sampai ketemu
malam minggu ya nanti aku kabarin via sms lagi.”
“Hehe iyaa sampai ketemu
juga.”
Dan akhirnya mereka pun demakin dekat, pada akhirnya setelah 1,5 bulan dekat
Raga memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada Nobi, dan Nobi pun langsung
menerima karena sudah sangat dekat.
“Nob lo jadian sama
Raga?” Tanya Delima teman sekelas Nobi dan juga teman sekelas Raga sewaktu SMP.
“Iya Del baru 2 hari
kemarin hehe.”
“Ckckckck.” Sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
“Kenapa Del kayaknya heran
gitu?”
“Ngga apa-apa kok Nob
gue berdoa yang terbaik aja deh buat lo sama Raga.”
“Ohehe iya Del makasih
yaaa.”
Suatu hari Delima dan keluarganya sedang makan disebuah restoran yang ada di
salah satu Mall di bilangan Jakarta, saat Delima sedang asyik makan bersama
keluarganya ia melihat lelaki yang sosoknya mirip Raga dan setelah ia perjelas
itu memang Raga namun ada yang aneh, saat itu Raga tidak bersama Nobi melainkan
bersama wanita lain dan mereka terlihat sangat mesra. Delima melihat mereka
berdua masuk ke sebuah bioskop yang ada di Mall tersebut. Saat itu ia berniat
ingin memberitahu Nobi namun karena ia baru melihat sekali akhirnya ia
mengurungkan niatnya untuk memberitahu Nobi dalam arti ia ingin menelusurinya
dahulu.
4 hari setelah kejadian tersebut Delima lagi-lagi pergi ke Mall tersebut untuk
membelikan baju untuk ibundanya yang sedang ulang tahun. Tanpa ia duga
lagi-lagi ia melihat Raga bersama dengan perempuan yang ia lihat 4 hari yang
lalu, mereka terlihat lebih mesra, Delima melihat mereka berdua sedang makan di
restoran tempat Delima makan waktu itu. Mereka terlihat bergandengan tangan,
berpelukan, bahkan Raga sempat mencium kening wanita itu. Akhirnya Delima sadar
bahwa itu benar-benar Raga pada keesokan harinya saat di sekolah ia berniat
memberitahu Nobi tentang kejadian hari itu.
“Nob!!! Nobi!!!!!”
Panggil Delima sambil berlari menuju kearah Nobi.
“Eh Delima kenapa lo
kelihatannya buru-buru banget nyamperin gue, kangen ya hehe.”
“Nob nggak ada waktu
buat bercanda....” Sambil terengah-engah.
“Yaudah-yaudah tarik
napas dulu baru cerita.”
“Gini Nob.. Huh.... Jadi
pertama hari minggu kemarin kan gue pergi makan sama keluarga gue di BS nah pas
gue lagi enak-enak makan gue lihat si Raga jalan sama cewe lain dan kayaknya
itu cewe bukan dari sekolah sini gue lihat mereka berdua nonton di bioskop, nah
yang kedua kemarin nih hari kamis gue lagi belanja baju buat hadiah nyokap gue
eh gue ngeliat Raga sama cewe yang hari minggu nonton sama dia, tapi kalau yang
kemarin gue lihat mereka makan doang di restoran udah gitu nih ya mereka berdua
pegangan tangan mesra gitu deh.”
“Udeh?”
“U-udah Nob.”
“Delima temen gue gini
ya kemarin itu Raga main futsal sama teman-temannya, terus hari minggu itu Raga
pergi sama keluarganya ke puncak jadi gue rasa semua yang lo lihat itu cuman
ilusi kali.”
“Yaampun Nobi, nih ya
gue itu teman SMP nya Raga gue tau fisik nya dia kayak gimana nggak mungkin lah
kemarin itu cuman ilusi.”
“Duh Del liat jam deh
ini kan udah siang nah keburu bel masuk mending masuk yok ah.”
“T-tapi Nob...”
“Udah ah dadah gue
duluan!!!” Teriak Nobi sambil berlari menuju gerbang sekolahannya.
“Nobi!!!! Ah ilaah nih
anak batu bener.” Susul Delima.
Waktu sudah berjalan selama 1 tahun dan Nobi masih bersama Raga, sekarang
mereka berdua duduk dibangku kelas 2 SMK. Di kelas 2 ini entah kenapa kelakuan
Raga semakin menjadi-jadi. Ia masih sering menyelingkuhi Nobi bahkan di kelas 2
ini ia sudah 3 kali menyelingkuhi Nobi dengan wanita yang berbeda, dan 2
diantaranya sudah dipergoki oleh Nobi sendiri namun memang karena perasaan Nobi
memilih memaafkan Raga dan melanjutkan hubungannya meski hatinya sakit.
Saat itu Frieska (Teman sekelas Nobi) dan kakaknya Melody (Sudah duduk dibangku
kuliah) sedang jalan-jalan disebuah Mall dikawasan Senayan. Frieska sudah
mengetahui hubungan Nobi dan Raga sejak kelas 1. Saat Frieska dan Melody sedang
berada di mall untuk berbelanja, Frieska seperti melihat Raga sedang menemani
seorang wanita berbelanja juga.
“Fries gimana baju yang
ini kalau buat aku bagus nggak?” Tanya Melody pada Frieska.
“.......” Frieska hanya
bengong meyakinkan bahwa itu bukan Raga pacar dari temannya sendiri, Nobi.
“Fries? Frieskaaa!!!”
Teriak Melody.
“Eeh iya iya apasih kak
ih berisik banget.”
“Ya habis kamu ditanya
nggak jawab huh.”
“Ih itutuh lihat orang
pacaran disana.”
“Ya terus kenapa? Kamu
iri ya? Haha dasar Jomblo.”
“Yeee kayak kakak nggak
aja, eh bukan ituuuu ih. Itutuh cowonya temen aku kak iya dia tuh udah punya
pacar nah pacarnya tuh temen aku tapi kok malah dia jalan sama cewe lain ya?”
“Hah?! Serius kamu?
Emang ya cowo jaman sekarang itu lebih banyak nyakitin dibanding nyayangin!”
“Ah elah malah curhat
eta teh.”
“Yeee naon deui.”
Setelah Frieska berdebat dengan kakaknya ia langsung berinisiatif memberitahu
Nobi lewat sms kalau ia melihat Raga sedang menemani wanita lain berbelanja.
“Nob.”
“Iya Fries?”
“Gue lihat Raga nih di
mall dia lagi sama cewe nemenin belanja.”
“Hah?! Serius?!”
“Serius Nob coba deh lo telfon
dia sekarang.”
“Iya iya makasih Fries.”
Akhirnya Nobi langsung menelfon Raga.
“Truuuutt....
Truuuuuttt....”
“Eh sayang sebentar ya
ada telfon dari papah aku.” Bohong Raga pada wanita yang sedang ia ajak
belanja.
“Iya sayang.” Jawab perempuan
itu.
“Halo Nob kenapa?” Raga
menangkat telfonnya dan berbicara agak pelan.
“Ga, kamu dimana? Lagi
apa?”
“Aku mmm a-aku lagi
nemenin saudara aku belanja.”
“Belanja? Kok suaranya
dipelanin gitu kenapa sih?”
“Iya disini nggak boleh
ngomong keras-keras soalnya mmm soalnya ah iya ada yang fashion show.”
“Hmmm bener?”
“Bener masa iya aku
bohong.”
“Hmmm yaudah udah dulu
ya.”
“Iya Nob.”
Dengan mudahnya Nobi percaya pada Raga dan Nobi langsung
mematikan telfonnya, lalu ia langsung sms Frieska.
“Fries itu saudaranya
kok.”
“Ettdah bukan masa iya
saudara mesra gitu.”
“Wajar lah sama keluarga
masa ngga boleh akrab.”
“Mesra Nob mesra bukan
akrab, definisinya beda. -_-“
Karena Nobi tidak percaya dengan kata-kata Frieska maka ia memutuskan untuk
tidak membalas sms Frieska lagi.
Waktu setahun pun lagi-lagi berlalu sekarang Nobi dan Raga sudah memasuki tahun
ke dua masa pacarannya itu dan masih saja Raga tidak ada kapoknya menyelingkuhi
Nobi walaupun sudah pernah ketahuan oleh temannya Nobi bahkan Nobi sendiri.
Namun kali ini Nobi lebih mengetatkan perhatian pada Raga, jadi setiap Raga
pergi dengan alasan yang tidak masuk akal Nobi, Delima, dan Frieska membututi
Raga secara diam-diam.
Akhirnya suatu hari Raga beralasan ia ingin pergi ke Gym padahal yang Nobi tahu
Raga itu tidak suka olahraga maka dari itu Nobi curiga saat Raga berkata
seperti itu, Nobi langsung mengirim sms pada kedua temannya dan akhirnya Nobi
bersama Delima dan Frieska sepakat untuk membuntuti Raga secara diam-diam.
“Nob yakin lo mau
buntutin Raga kayak gini?” Tanya Delima.
“Iya yakin lo? Dulu aja
kalau kita aduin lo nggak percaya.” Sahut Frieska.
“Iya yakin gue yakin,
abisnya tuh aneh banget masa nih ya dia katanya mau nge-Gym padahal setau gue
Raga tuh jarang olahraga.. mmm...” Tiba-tiba pembicaraan Nobi terpotong karena
kelihatannya Nobi ingin muntah.
“Nob lo ngga apa-apa?
Pucet banget gila muka lo, biar kita aja ya yang buntutin Raga, lo dirumah
aja.” Saran Frieska.
“Ngga kok ngga apa-apa
cuman sedikit pusing aja gue, udah yuk ah jalan.”
“Hmmm yaudah deh tapi
nanti kalau lu sakit atau gimana bilang kita ya jangan diem aja.” Tegur Delima.
“Iya iya.”
Akhirnya mereka bertiga memutuskan memulai pengintaiannya dari rumah Raga.
Pukul 10.00 Raga keluar rumah dan sepertinya ia menunggu seseorang. Tak lama
kemudian ada seorang perempuan datang menghampiri Raga sepertinya mereka berdua
sangat dekat sampai-sampai mereka bercipika-cipiki.
“Eh itu siapa Nob? Lo
kenal ngga?” Tanya Delima.
“Ngga Del.”
“Saudaranya Nob?” Tanya
Frieska.”
“Bukan Fries, saudara
perempuan dia lagi ada diluar kota.”
“Nahluh yaudah buntutin
terus.”
Akhirnya Raga dan wanita itu berangkat menggunakan taksi, Nobi dan kedua
temannya mengikuti Raga dengan menggunakan taksi juga. Akhirnya mereka sampai
di sebuah Mall yang ada di kawasan Bekasi.
“Beeh makan tuh Gym mana
ada Gym di Bekasi ngaco aja.” Celetuk Frieska.
“Ssstt udah ayo ikutin
aja.” Bisik Delima.
Sesampainya di dalam mall Raga dan wanita itu awalnya makan disebuah restoran,
lalu mereka berdua masuk ke photobox, dan akhirnya mereka berdua nonton bersama
dibioskop. Nobi, Delima, dan Frieska menunggu Raga selesai nonton. Setelah 2
jam akhirnya Raga dan wanita itu keluar dari bioskop dan mereka berdua
kelihatan sedang mengobrol tak lama kemudian wanita itu mencium Raga. Seketika
itu juga dada Nobi terasa sesak, sontak Nobi langsung memegangi dadanya.
“Nobi! Nob lo kenapa?!”
Tanya Frieska panik.
Nobi hanya diam memegangi dadanya yang sakit, lalu tiba-tiba ia menangis.
“Nob kita pulang aja
ya.” Ajak Delima.
Nobi hanya menangguk pelan sambil menahan rasa sakit dan menahan keluarnya air
mata. Sesampainya di rumah Nobi, ia langsung menangis dipelukan Frieska dan
Delima.
“Fries.. Del.. Maafin
gue... Pliss maafin gueee.....” Nobi memohon dipelukan Delima dan Frieska.
“Nobi lo ngga salah, lo
itu sama sekali ngga salah. Lagipula kalau lo salah lo ngga perlu minta maaf
kita udah maafin lo kok.” Delima mencoba menenangkan Nobi.
“Iya Nob udah ngga usah
dipikirin lagi lah cowo kayak gitu, sekarang kita serahin ke lo aja gimana mau
dilanjutin apa ngga? Saran gue sih mending udahin Nob.” Saran Frieska.
“Iya Fries, Del.
Keputusan gue udah bulet mau mutusin dia, kalau kayak gini terus ngga tahan
gue.” Sambil mengusap air mata yang ada di pipinya.
“Iya udah ya jangan
nangis lagi lo ngga boleh larut dalam kesedihan, sebentar lagi kan ujian
sekolah mending lo belajar deh biar nilai lo bagus.” Lanjut Delima mencoba
menangkan Nobi lagi.
“Iya Del, makasih banget
ya Del, Fries kalian udah mau jadi sahabat gue, kalian lebih dari temen makasih
banget udah ngesupport gue.”
“Loh Nob ini apa?” Tanya
Frieska sambil meemgang obat-obatan Nobi yang ada di kamarnya.
“Oh itu, lo tau kan gue
sering keluar kelas tanpa izin?” Sambil mengusap air matanya.
“Iya tau, terus?”
“Iya itu gue punya
penyakit kanker darah.”
“Hah?! Kanker darah?!”
teriak Delima dan Frieska kaget.\
“Iya hehe.”
“Yaampun Nobi sumpah gue
ngga nyangka kalau lo serapuh ini yaampun kok masih ada ya cowo yang tega
giniin lo.”
“Yah udah takdir mau
gimana lagi Del hehe yaa beginilah hidup gue musti bersahabat sama
obat-obatan.”
“Hmm Nobiiiiiiiii...”
Peluk Delima terharu.
“Udah ah yuk Del kita
pulang biarin Nobi istirahat. Nob kita pamit pulang ya udah ngga usah dipikirin
lagi oke.” Ajak Frieska kepada Delima sambil berpamitan pulang pada Nobi.
“Iyaa Fries hati-hati
dijalan yaa kalian.”
Keesokan harinya H-3 UAS Nobi memutuskan hubungannya dengan Raga.
“Ga kita bisa ngomong
sebentar ngga?”
“Kenapa Nob tumbenan mau
ngomong seserius ini.”
“Ga aku cape, aku udah
ngga tahan aku mau kita putus.”
“Lho? Kamu kenapa Nob?”
“Ngga usah sok polos Ga
aku udah tau semua selingkuhan kamu. Hm. Terimakasih Raga atas 2 tahun yang
kamu berikan, selama 2 tahun ini kamu mengajariku sebuah pelajaran kesabaran
dan kehati-hatian. Aku bertahan karena perasaan sayang, namun aku hanya manusia
biasa ada saatnya aku lelah dengan semua kelakuan kamu Ga, dan sekarang lah saatnya
aku lelah dengan semua kelakuan kamu. Kita cukup sampai disini. Ini aku ada
bunga terakhir untuk kamu. Aku pergi.” Jelas Nobi sambil memberikan bunga mawar
merah pada Raga.
Raga hanya diam, namun ia diam masa bodoh bukan diam berpikir. Saat itu juga
Nobi langsung pergi dengan meneteskan air mata. Raga menggerutu dalam hati.
“Alah
sok sok puitis pake bawa-bawa bunga segala lagi bunga terakhir lah apalah
segala macem paling juga nanti balik ke gua lagi lu.”
2 Minggu sudah sejak Raga putus dari Nobi dan mereka juga sudah melewati UAS
dan UN. 4 hari lagi sekolah mengadakan perpisahan kelas 12.
Tibalah hari perpisahan itu, pada saat itu terlihat Nobi sedang mengobrol
dengan Delima dan Frieska disitu memang ia terlihat sudah sangat pucat namun
saat Frieska mengajaknya pulang Nobi menolak karena Nobi ingin merasakan
kebersamaan kelas 12. Secara tiba-tiba hidung Nobi mengeluarkan darah dan
sontak Nobi langsung tersungkur jatuh. Semua teman-temannya berkumpul mengerubungi
Nobi termasuk Raga.
“Nobi kenapa Del,
Fries?!” Tanya Raga panik.
“Ngga tau ah udah ayo
bantuin cepet angkat bawa kerumah sakit pake mobil lo.”
Akhirnya Raga, Delima dan Frieksa menggotong Nobi menuju mobil Raga, dan
langsung meluncur ke rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit Nobi langsung masuk
ke UGD, sementara itu Frieska menelfon orangtua dari Nobi. Sampailah orangtua
Nobi di rumah sakit tersebut.
“Tante, Nobi kambuh
tante yaampun....” Delima mencoba memberitahu ibunda Nobi.
“Terus sekarang Dhini
dimana Del?” Tanya ibunda Nobi dengan panik.
“Itu tante di ruang
UGD.”
Ibu dan Ayah Nobi langsung menuju keruang UGD. Sementara itu Raga mendengar
percakapan antara Delima dan Ibunda Nobi tadi.
“Del tadi lo bilang Nobi
kambuh? Maksudnya?” Tanya Raga.
“Puas kan lo sekarang?!
Puas nggak?! Hah?!” Bentak Delima pada Raga.
“Del Del udah ah ini
rumah sakit ngga usah teriak teriak gitu.” Frieska mencoba menenangkan Delima.
“Sini Ga gue bilangin.”
Ajak Frieksa.
“Ada apa deh Fries?”
Tanya Raga.
“Jadi gini hmmmm......”
“Fries kenapa?!”
“Emmm N-Nobi punya
penyakit kanker darah Ga.”
“Hah?! Kanker darah?!”
“Iya gue ngga tau dia
punya penyakit itu dari kapan tapi intinya yang gue tau dia punya kanker
darah.”
“Lu ngga bohong kan
Fries?”
“Bohong? Nobi udah masuk
UGD gini lo bilang gue bohong? Gila kali lo ye.”
Tiba-tiba Ibunda Nobi keluar dari Ruang UGD dengan keadaan menangis.
“Tante gimana Nobi?
Sembuh kan? Ngga apa-apa kan?” Tanya Delima.
Ibunda Nobi tidak menjawab ia hanya bisa menangis dipelukan Ayah Nobi.
“Om Nobi sembuh kan?!
Sembuh?!” Tanya Delima pada Ayahanda Nobi.
“Tuhan berkehendak lain
Del, sekarang lah saatnya Nobi dibawa kesurga.”
Delima, Frieska, dan Raga terdiam. Delima dan Frieska sontak menangis karena ia
baru saja kehilangan sahabat baiknya sahabat yang memberikan mereka pelajaran
berharga. Raga hanya diam dan tiba-tiba ia meneteskan air mata.
“Sini lo!! Sini lo cowo
kampung!!! Puas kan lo udah nyakitin sahabat gue?! Puas lo?! Jawab banci
jawab!!!!!!” Bentak Delima pada Raga. Delima ingin meluapkan semua kekesalannya
pada Raga.
“Udah Del udah, Nobi
udah maafin Raga kok pasti, lo juga udah dong jangan kayak gini terus.” Frieska
mencoba menenangkan Delima lagi.
“Fries Nobi mungkin udah
maafin dia, tapi gue?! Nggak akan!!!!!”
Raga menyesal, ia sangat amat menyesal. Ia berkata dalam hati.
“Sebegini
jahat kah gua? Sebegini teganya kah gua? Gua udah nyakitin satu malaikat yang
cuman ingin bahagia. Bunga itu. Memang benar-benar bunga terakhir dari Nobi.
Nob aku menyesal, aku ngga tau harus berbuat apa. Seandainya aku bisa berbicara
padamu untuk yang terakhir kalinya aku akan berbicara betapa aku mencintaimu,
betapa aku menginginkanmu. Aku khilaf Nob aku khilaf. Jika aku bisa menangis
dipelukanmu aku akan menangis.”
TAMAT.
Quotes: “Kamu mungkin menyakiti dia hanya sekali,
namun kamu akan merasakan menyesal lebih dari sekali.”
Created By: fitriyanto dan bayu